Setahun Proses, Naskah Inkubator Konten Lokal Blitar Akhirnya Terbit
![]() |
| Para peserta berfoto dengan buku. Dok/fahrizal |
Setelah melalui proses pendampingan, penulisan, dan editing selama satu tahun, buku hasil program Bimbingan Teknis Inkubator Kepenulisan Berbasis Konten Budaya Lokal akhirnya resmi dirilis.
Peluncuran sekaligus bedah buku tersebut digelar pada Selasa, 9 Desember 2025, di Aula Theodolit Dinas PUPR Kabupaten Blitar, sebuah momentum yang menandai keberhasilan angkatan pertama inkubasi kepenulisan yang diselenggarakan oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispusip) Kabupaten Blitar.
Acara dibuka pukul 08.00 WIB dan berlangsung hingga 12.00 WIB, menghadirkan berbagai pemangku kepentingan bidang literasi, pegiat budaya, tenaga pendidik, hingga siswa dari sejumlah sekolah di Kabupaten Blitar.
![]() |
| Sesi foto bersama setelah pembukaan. Dok/dispusip |
Kepala Dispusip Kabupaten Blitar, Dr. Jumali, S.Pd., M.AP, hadir membuka kegiatan sekaligus memberikan sambutan mengenai pentingnya literasi lokal sebagai pijakan pembentukan identitas kebudayaan masyarakat.
Dalam sambutannya, Jumali menegaskan bahwa inkubator kepenulisan adalah langkah nyata pemerintah daerah dalam menghadirkan wadah kreatif yang inklusif bagi masyarakat.
“Dulu kami juga menulis konten lokal, yaitu kakao di Modangan yang sekarang sudah tiada, padahal dulu coklat Blitar itu diimpor ke Eropa,” kenangnya saat sambutan.
Ia berharap program ini dapat melahirkan lebih banyak penulis yang mendokumentasikan kekayaan budaya Blitar.
Bedah Buku, Perspektif Akademik dan Praktisi
Sesi inti acara diisi dengan bedah buku yang menghadirkan pembedah utama Bambang Prakoso, dosen Universitas Wijaya Kusuma sekaligus Ketua Gerakan Pembudayaan Minat Baca (GPMB) Jawa Timur.
Bambang memberikan analisis komprehensif terkait variasi tema, gaya penulisan, dan relevansi isi buku dengan kebutuhan dokumentasi budaya lokal.
Menurut Bambang, naskah-naskah yang terhimpun dalam buku tersebut memperlihatkan kesadaran baru para penulis tentang pentingnya pendokumentasian sejarah dan tradisi daerah.
Ia menilai karya para peserta cukup beragam, mulai dari tulisan tentang situs bersejarah, kuliner khas, legenda lokal, hingga seni dan tradisi masyarakat.
“Lebih bagus lagi jika tulisan ini dibagi berdasarkan tema. Misal kuliner, sejarah dll,” usul Bambang.
Selain Bambang Prakoso, hadir pula Yanu Aribowo, penulis dan jurnalis senior yang turut memberikan ulasan. Yanu menyoroti pentingnya konsistensi penulis dalam membangun karakter tulisan, terutama terkait kedalaman riset dan gaya bertutur agar tetap menarik bagi pembaca muda.
![]() |
| Suasana bedah buku, peserta menyimak pemaparan narasumber. Dok/fahrizal |
"Kalau tokoh nasional sudah banyak yang menulis, kalau tokoh lokal masih jarang," jelasnya.
Diskusi dipandu oleh moderator Ahmad Fahrizal Aziz, yang mengarahkan percakapan pada proses kreatif peserta selama mengikuti rangkaian inkubasi sejak awal 2025.
Peserta dari Sekolah, Kampus, dan Komunitas
Acara ini dihadiri oleh beragam peserta, termasuk penulis terpilih, guru, dan pelajar dari SMAN Talun, SMKN Nglegok, SMK PGRI Wlingi, SMK IT Al Kautsar, serta mahasiswa Universitas Islam Balitar (Unisba).
Kehadiran peserta lintas usia dan latar belakang menunjukkan bahwa program inkubator ini mampu menjangkau komunitas literasi yang luas, tidak terbatas pada penulis profesional saja.
Para peserta berbagi pengalaman selama mengikuti proses pelatihan yang berlangsung dalam beberapa tahap sejak Februari hingga September 2025.
Banyak dari mereka mengaku baru pertama kali menulis karya yang dibimbing secara intensif, mulai dari pembekalan materi, penyusunan kerangka tulisan, hingga revisi berdasarkan pendampingan mentor.
Tentang Program Inkubator Kepenulisan Berbasis Budaya Lokal
Program inkubator konten lokal ini merupakan bagian dari Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS), sebuah program nasional yang diselaraskan dengan kebutuhan daerah.
Di Kabupaten Blitar, program ini mengangkat tema besar “Tentang Blitar”, dengan tujuan mendorong masyarakat menulis tentang tradisi, sejarah, kuliner, destinasi wisata, hingga peluang ekonomi kreatif yang terkait budaya lokal.
Tahap pertama inkubasi dimulai pada 27 Februari 2025, berisi pembekalan materi kepenulisan budaya lokal dan teknik jurnalistik. Di tahap ini, peserta diberi waktu satu bulan untuk menyusun tulisan populer yang kemudian masuk proses review pada 10 April 2025.
Mentor yang terlibat adalah Yanu Aribowo, Dewi Sulistya K dan Ahmad Fahrizal Aziz. Dipandu oleh Celvia Dian selaku PJ Bimtek.
Setelah penyempurnaan karya, Dispusip mengumumkan tulisan terbaik pada Mei 2025.
Sebanyak 32 karya dinyatakan layak terbit dan dihimpun menjadi satu buku. Tidak hanya konten budaya, beberapa karya juga memuat potensi ekonomi lokal, termasuk tulisan peserta yang mengulas potensi Kecamatan Nglegok sebagai kawasan wisata sejarah dan kuliner.
Acara bedah buku ditutup dengan harapan besar agar kegiatan serupa dapat terus berlanjut. Para peserta, guru, dan narasumber sepakat bahwa dokumentasi budaya lokal adalah investasi literasi yang harus dijaga lintas generasi. []
Narakata Team




