Pengulik Donat
Pengulik Donat
Jika harus membuat hirarki camilan favorit, donat masuk katalog paling atas.
Sejak kecil aku suka donat, tak tau bagaimana awalnya, intinya suka saja. Terutama donat fluffy.
Tiap nongkrong di sebuah kafe, andai ada menu donat, itulah yang akan pertama kupesan.
Dari pengalaman itu, aku punya catatan pribadi terkait menu donat beberapa kafe di Blitar. Tak hanya dari segi harga, namun juga penyajiannya.
Meskipun nyaris bisa diprediksi kalau menu donat gula di beberapa kafe itu merk yang sama, hanya sebagian dibedakan topingnya.
***
Dua gelondong donat dan secangkir kopi hitam begitu serasi, siraman kopi selepas mulut mengunyah donat begitu nikmat.
Donat di kafe-kafe biasanya jenis fluffy, agak ringan dan kriuk, karena disajikan dalam kondisi hangat, selepas digoreng/panggang. Itulah daya pikatnya.
Berbeda dengan donat di toko roti yang sudah agak dingin, meski dengan jenis yang sama.
Atau donat di pasar yang juga sudah dingin. Meskipun donat yang dijual di pasar umumnya jenis dense yang agak padat dan berat, atau lebih pas disebut cake donat.
Pun donat yang biasa disajikan sebagai menu pelengkap hajatan, adalah jenis cake donat, yang prosesnya menggunakan baking powder.
Ya, meskipun ada donat yang agak mahal dan tetap krunci meski sudah terpajang beberapa jam di etalase.
Di gerai toko donat terkenal, mereka menggunakan etalase kaca countertop untuk menjaga donat tetap hangat dan kriuk.
Namun jangan salah, cake donat ketika masih hangat juga nikmat, meski harganya terjangkau. Bahkan cuma Rp2.000 an.
Menurutku, cake donat itu hanya cocok disajikan saat hangat. Sebab ketika sudah dingin, 50% rasanya hilang.
Dulu saat rumah ada hajatan, aku kadang ikut bikin donat, nyuil khusus untuk kugoreng sendiri dan dimakan lawaran tanpa toping. Enak sekali.
Kadang juga bantu ngolesin mertega dan nyelupin ke meses, sebelum dibungkus dalam plastik.
Kenangan donat itu begitu kuat karena sudah bisa dinikmati sejak masih bentuk adonan, harum baunya dan cantik warnanya.
Apalagi ketika bertemu penjual pinggir jalan saat ada event. Kita bisa melihat donat saat masih digoreng, ditiriskan, lalu dibaluri toping dan masih hangat saat masuk ke mulut kita, kriuknya masih terasa.
***
Donat fluffy hangat masih paling juara meski hanya tersaji di kafe-kafe tertentu.
Versi frozennya juga ada, jika ingin nyetock dalam lemari beku dan digoreng sewaktu-waktu pas lagi pengen.
Atau kalau beruntung, bisa request fresh donat di tokonya. Beberapa toko khusus donat bisa mengupayakan itu.
Saking maniaknya, satu box donat isi 6 bisa kuhabiskan sendiri, padahal itu bukan hal yang baik.
Donat adalah jenis ultra processed food, makannya pun harus dibatasi dan tak boleh berlebihan, terlebih variasi topingnya yang tinggi gula.
Meski masuk kategori camilan, donat adalah camilan berat, olahan kentang dan tepung, campuran gula dan beragam toping super manis lainnya.
Untungnya, aku bisa makan donat dan setelahnya tidak makan nasi. Semacam substitusi, jika sore harinya makan donat, jadi malamnya tak perlu makan nasi.
Atau makan donat pas lagi nongkrong di kafe, dan tak semua kafe punya menu donat, kan?
Justru karena suka banget donat, tidak setiap hari harus makan, ada jeda waktu untuk menumbuhkan kenikmatan makan donat.
Dua gelondong donat adalah batas maksimalnya, sepekan sekali boleh, kan?
Tabik,
Ahmad Fahrizal A.
Posting Komentar untuk "Pengulik Donat"
Posting Komentar