Dampak Turunnya Laba Gudang Garam Bagi APBD Kota Kediri

Penurunan Laba Gudang Garam Ancam APBD Kota Kediri, Ketergantungan Ekonomi Jadi Sorotan


KEDIRI – Penurunan laba PT Gudang Garam Tbk, salah satu raksasa industri rokok Indonesia, bukan hanya menjadi masalah bisnis semata. 

Bagi Kota Kediri, ini adalah alarm keras. Selama puluhan tahun, APBD kota ini ditopang oleh keberadaan perusahaan kretek tersebut. 

Kini, ketika laba perusahaan anjlok drastis dalam dua tahun terakhir, ketergantungan fiskal kota ini mulai diuji. 

Dampaknya tak main-main, mulai dari potensi penyusutan dana pembangunan, berkurangnya belanja publik, hingga terganggunya program-program layanan dasar masyarakat.

Ketergantungan APBD pada Industri Rokok

Kota Kediri selama ini dikenal sebagai kota industri kretek. Lebih dari 70 persen PDRB kota disumbang oleh sektor industri pengolahan, dan Gudang Garam adalah tulang punggungnya. 

Sumbangsih perusahaan ini terhadap APBD tak sebatas pada pajak dan retribusi daerah, tetapi juga datang dalam bentuk Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT). 

Pada 2025, Kota Kediri menerima alokasi DBHCHT sebesar Rp155,5 miliar—terbesar di antara semua kabupaten/kota di Indonesia.

Dana inilah yang menjadi sokongan utama berbagai program strategis daerah: Universal Health Coverage (UHC), bantuan sosial, peningkatan kualitas SDM, hingga pembangunan infrastruktur. 

Namun, seiring dengan anjloknya kinerja keuangan Gudang Garam, kekuatan fiskal kota ini mulai terancam.

Penurunan Laba Jadi Titik Balik

Laporan keuangan Gudang Garam memperlihatkan tren penurunan yang mencolok. Laba bersih tahun 2024 hanya mencapai Rp980,8 miliar, merosot hingga 81,6% dibanding 2023 yang masih menyentuh Rp5,32 triliun. 

Tren buruk ini berlanjut di kuartal I 2025 dengan laba hanya Rp104,43 miliar, turun 82,5% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

Penyebab utama penurunan tersebut adalah kombinasi tekanan biaya dan turunnya penjualan. Tarif cukai rokok yang terus naik—sekitar 10% per tahun dalam dua tahun terakhir—memaksa Gudang Garam menaikkan harga jual produknya. 

Akibatnya, konsumen beralih ke rokok lebih murah. Volume penjualan Sigaret Kretek Mesin (SKM), produk andalan mereka, turun lebih dari 17% pada semester I 2024.

Di sisi lain, beban usaha terus naik: biaya transportasi, iklan, gaji karyawan, dan depresiasi aset terus membebani keuangan. 

Gudang Garam juga menghentikan pembelian tembakau dari petani, sebagai bagian dari efisiensi.

Efek Langsung ke Fiskal Kota Kediri

Dampak langsung dari penurunan kinerja Gudang Garam adalah potensi merosotnya pendapatan daerah. Ada beberapa aspek yang kini menjadi perhatian utama:

  • DBHCHT Terancam Turun: Jika produksi dan penjualan menurun, otomatis jumlah cukai yang dibayarkan Gudang Garam juga akan turun. Ini berarti DBHCHT yang diterima Kota Kediri tahun-tahun mendatang berpotensi menyusut.
  • Pajak Daerah Menurun: Pajak-pajak seperti PBB, pajak air tanah, reklame, dan penerangan jalan yang selama ini didominasi oleh aktivitas Gudang Garam bisa ikut merosot bila operasional perusahaan menyusut.
  • Daya Beli Masyarakat Turun: Ribuan pekerja Gudang Garam dan sektor pendukungnya berisiko terdampak. Jika perusahaan mengurangi jam kerja, merumahkan karyawan, atau menahan gaji, daya beli masyarakat ikut merosot. Ini akan menekan ekonomi lokal secara umum.

Multiplier Effect ke Ekonomi Lokal

Ketika Gudang Garam melakukan efisiensi, gelombangnya menjalar ke berbagai sektor. Usaha kecil yang melayani kebutuhan karyawan, mulai dari warung makan, transportasi, laundry, hingga kos-kosan, mulai merasakan sepinya perputaran uang. 

Petani tembakau pun terpukul karena kehilangan pembeli utama. Sektor jasa dan perdagangan di Kediri pun ikut terkena imbas.

Tak berhenti di situ, penurunan laba juga membuat Gudang Garam tidak membagikan dividen untuk tahun buku 2023. Saham perusahaan ini anjlok hampir 34% sejak awal 2025, memperburuk sentimen pasar. 

Padahal, investor lokal dan nasional selama ini menaruh harapan pada konsistensi performa keuangan perusahaan ini.

Ketergantungan Jadi Ancaman Struktural

Ketergantungan yang terlalu besar pada satu sektor dan satu perusahaan kini menjadi ancaman jangka panjang. 

Ketika lebih dari 80% PDRB Kota Kediri berkisar pada industri rokok, apapun yang terjadi di Gudang Garam akan langsung memengaruhi wajah fiskal dan sosial kota ini.

Tanpa diversifikasi ekonomi, APBD Kota Kediri akan semakin rapuh. Pemerintah daerah akan kesulitan menjaga kualitas layanan publik, menggerakkan pembangunan, dan menjaga pertumbuhan ekonomi daerah jika tak ada sumber pertumbuhan baru.

Tantangan Pemkot, Diversifikasi Ekonomi dan Efisiensi Belanja

Pemerintah Kota Kediri kini dihadapkan pada realitas pahit: mengurangi ketergantungan fiskal pada industri rokok adalah suatu keniscayaan. Tapi jalan ke sana tidak mudah.

Langkah-langkah yang perlu dipertimbangkan antara lain:

  • Diversifikasi ekonomi melalui sektor jasa, pariwisata, dan UMKM. Ini memerlukan pelatihan, permodalan, dan promosi aktif.
  • Mencari sumber pendapatan baru di luar cukai dan pajak dari industri rokok, misalnya retribusi sektor wisata, penguatan BUMD, atau investasi sektor ekonomi digital.
  • Efisiensi belanja daerah, dengan memangkas program-program yang tidak esensial agar prioritas tetap terjaga: pendidikan, kesehatan, dan perlindungan sosial.
  • Kolaborasi lintas sektor dengan pemprov dan pemerintah pusat untuk mengembangkan kawasan ekonomi baru atau memperluas kawasan industri non-tembakau.

Perlu Langkah Serius dan Cepat

Penurunan laba Gudang Garam bukan sekadar berita keuangan biasa. Ini adalah pukulan telak bagi Kota Kediri yang selama ini bertumpu pada kekuatan satu raksasa industri. Efeknya bukan hanya fiskal, tapi juga sosial dan struktural.

Pemerintah kota harus segera menata ulang orientasi pembangunan dan mencari jalan keluar dari ketergantungan tunggal ini. 

Tanpa langkah serius dan cepat, Kediri bisa mengalami stagnasi ekonomi yang berkepanjangan—dan itu bukan hanya soal angka, tapi soal nasib jutaan warga yang menggantungkan hidupnya pada keseimbangan APBD. []

Posting Komentar untuk "Dampak Turunnya Laba Gudang Garam Bagi APBD Kota Kediri"