Selamat Datang di Nara Kata Media

Sajian Sastra, Budaya, dan Pemikiran Kritis

Gibran Dinilai Belum Matang, Jokowi Turun Tangan, Analisis Tajam dari Yunarto Wijaya


Jakarta, Juli 2025 — Pernyataan Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya, kembali menyita perhatian publik. 

Dalam video YouTube bertajuk "Gibran Belum Cukup Pengalaman, Jokowi Turun Tangan", ia menyampaikan analisis mendalam tentang kondisi politik Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka dan peran aktif sang ayah, Presiden Joko Widodo, dalam membentengi anaknya dari tekanan politik nasional.

Yunarto menyoroti bahwa Gibran masih belum memiliki kedewasaan dan pengalaman politik yang cukup untuk menghadapi tantangan politik di level nasional. 

Dalam video berdurasi 29 menit yang diunggah oleh Kompas.com pada 28 Juni 2025, Yunarto menyatakan secara langsung:

"Gibran belum matang menjalani politik yang keras dan kompleks, sehingga Jokowi turun tangan untuk melindungi dan membekali dia."
Menit 7:42, YouTube Kompas.com

Menurutnya, karakter politik nasional yang penuh intrik dan tekanan membutuhkan sosok dengan pengalaman panjang. Gibran yang baru memulai kiprah nasionalnya, terutama sebagai wapres, dinilai belum siap sepenuhnya.

Yang menarik, Yunarto menilai bahwa basis dukungan politik Jokowi juga semakin sempit. 

Banyak pihak yang dulu menjadi sekutu politiknya kini merapat ke kubu Prabowo Subianto. Dalam situasi ini, Partai Solidaritas Indonesia (PSI) menjadi satu-satunya kekuatan yang masih berdiri teguh di sisi Jokowi.

"Jokowi sekarang hanya tinggal punya PSI sebagai pendukung kuat untuk menjalankan strategi dan melindungi Gibran."
Menit 14:54

PSI dipandang Yunarto sebagai alat politik yang digunakan Jokowi untuk menjaga posisi Gibran tetap aman, sekaligus mengawal agenda politik pasca berakhirnya masa jabatan Jokowi pada 2024.

Yunarto juga menyoroti gaya komunikasi Gibran yang dinilai terlalu searah. Ia lebih sering tampil lewat video YouTube dan media sosial, daripada berdialog langsung dengan publik atau menjawab kritik secara terbuka.

"Gibran harusnya lebih aktif berdialog, bukan cuma bikin konten searah, supaya bisa membuktikan kapasitasnya."
Menit 16:30

Hal ini menimbulkan tanda tanya besar mengenai kapasitas Gibran dalam memimpin dan berpolitik secara mandiri, serta potensi untuk berdiri tanpa bayang-bayang ayahnya.

Salah satu pernyataan paling menarik dari Jokowi adalah ketika ia menegaskan bahwa pemakzulan terhadap Gibran berarti juga menyasar dirinya

Sikap ini dinilai Yunarto sebagai simbol perlindungan politik yang kuat terhadap sang anak.

Beberapa video pendek atau YouTube Shorts dari Kompas menampilkan Jokowi secara simbolik “meninju” serangan terhadap Gibran — gesture yang memperkuat citra seorang ayah sekaligus mantan presiden yang tidak tinggal diam.

Cek video: 'Tinju' Jokowi untuk Lindungi Gibran

Masa Pensiun Jokowi yang Tak Biasa

Yunarto juga menyinggung bahwa masa pensiun Jokowi sangat berbeda dari presiden-presiden sebelumnya. 

Alih-alih tenang, ia justru aktif menjaga peta kekuasaan dan mengawal karier politik Gibran dari balik layar.

Dalam pernyataan lain, ia menyebut Jokowi sebagai satu-satunya mantan presiden yang masih “bertarung” secara aktif setelah lengser, menunjukkan betapa pentingnya Gibran bagi kontinuitas pengaruhnya.

Analisis Yunarto Wijaya ini memperkuat pandangan bahwa masa pasca-kepemimpinan Jokowi belum sepenuhnya bebas dari konflik politik. 

Justru, peran sebagai benteng politik Gibran menjadi agenda utama Jokowi ke depan.

Kritik terhadap kapasitas Gibran, semakin sempitnya lingkaran pendukung Jokowi, serta strategi komunikasi politik keluarga ini, menjadi bagian dari narasi besar yang terus bergulir hingga kini.

Referensi Video:



Posting Komentar untuk "Gibran Dinilai Belum Matang, Jokowi Turun Tangan, Analisis Tajam dari Yunarto Wijaya"