Majas yang Sering Dipakai dalam Puisi, Beserta Contohnya
Puisi adalah bentuk seni bahasa yang paling pekat dan padat makna. Dalam puisi, setiap kata dipilih dengan hati-hati untuk mengekspresikan emosi, pemikiran, dan imajinasi.
Salah satu perangkat utama yang menjadikan puisi lebih hidup dan menyentuh adalah majas, atau gaya bahasa.
Majas adalah jantung dari puisi. Dengan majas, penyair bisa menyulap "angin" menjadi kekasih yang membelai, atau "hujan" menjadi simbol kerinduan.
Dalam artikel ini, kita akan membedah berbagai jenis majas yang kerap digunakan dalam puisi, lengkap dengan penjelasan dan contohnya.
Kita juga akan melihat bagaimana para penyair besar seperti Chairil Anwar dan Sapardi Djoko Damono menggunakan majas dengan cemerlang.
Jenis-Jenis Majas dalam Puisi
Berikut beberapa majas yang sering mewarnai puisi dan memperkaya lapisan maknanya:
-
Majas Metafora
Majas ini membandingkan dua hal secara langsung tanpa menggunakan kata penghubung. Metafora menciptakan analogi yang tajam dan mendalam.Contoh: "Kau adalah mentari hidupku."
Di sini, "kau" diidentikkan langsung sebagai "mentari", bukan hanya seperti mentari. -
Majas Personifikasi
Memberikan sifat manusia kepada benda mati atau fenomena alam. Majas ini membuat dunia tak bernyawa menjadi hidup.Contoh: "Hujan menangis sedih di atas atap."
Hujan diberi emosi manusia: "menangis" dan "sedih". -
Majas Simile
Mirip dengan metafora, tapi menggunakan kata penghubung seperti bagai, laksana, seperti, atau umpama.Contoh: "Wajahmu cerah bagai mentari pagi."
-
Majas Hiperbola
Majas yang melebih-lebihkan kenyataan untuk efek dramatis.Contoh: "Tangisku mengguncang langit malam."
Tentu tidak mungkin tangisan mengguncang langit, tapi inilah kekuatan hiperbola: menekankan emosi. -
Majas Alegori
Sebuah narasi atau rangkaian pernyataan yang menjadi simbol dari makna lain yang lebih dalam.Contoh: "Hidup adalah perjalanan di padang pasir, kadang kita haus, kadang menemukan oase."
Sebuah simbol panjang tentang perjuangan dan harapan. -
Majas Litotes
Menyampaikan sesuatu dengan cara merendahkan diri. Umumnya digunakan untuk menyiratkan kerendahan hati atau rasa hormat.Contoh: "Hanya setitik tinta kuberikan untuk lautan ilmu ini."
-
Majas Epifora
Mengulangi kata atau frasa di akhir larik atau kalimat. Digunakan untuk penekanan makna.Contoh:
"Aku mencintaimu karena cinta
Aku menangis karena cinta
Aku bertahan karena cinta." -
Majas Metonimia dan Sinekdoke
Metonimia mengganti nama suatu benda dengan atribut atau asosiasi.Contoh: "Ia membeli Aqua di warung." (padahal maksudnya air mineral)
Sementara sinekdoke menyebutkan bagian untuk keseluruhan atau sebaliknya.
Contoh: "Dia belum kelihatan batang hidungnya." (bagian tubuh untuk keseluruhan orang)
Contoh Majas dalam Puisi Indonesia
Puisi-puisi besar Indonesia sarat dengan penggunaan majas. Mari kita lihat beberapa contohnya.
Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba
Meriak muka air kolam jiwa
Dan dalam dadaku memerdu lagu
Menarik menari seluruh aku
(Chairil Anwar, Deru Campur Debu)
Dalam bait ini, kita melihat bagaimana Chairil Anwar menggunakan personifikasi secara dominan: sepi menyanyi, malam dalam mendoa, air kolam jiwa yang meriak. Imajinasi pembaca langsung dipancing untuk melihat suasana batin yang penuh getaran.
Sementara itu, Sapardi Djoko Damono memberikan nuansa yang lebih lembut dan kontemplatif:
Tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan Juni
Dirahasiakannya rintik rindunya kepada pohon berbunga itu
Tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan Juni
Dihapusnya jejak-jejak kakinya yang ragu-ragu di jalan itu
(Sapardi Djoko Damono, Hujan Bulan Juni)
Sapardi menggunakan hujan sebagai lambang perasaan yang dalam. Hujan menjadi tokoh yang tabah, bijak, dan menyimpan rahasia. Inilah puncak penggunaan personifikasi dan metafora secara bersamaan.
Majas dalam Tradisi Puisi Indonesia
Majas tidak hanya berfungsi memperindah puisi, tetapi juga menjadi sarana komunikasi yang efektif dalam budaya sastra Indonesia. Dalam puisi-puisi klasik seperti pantun, syair, dan gurindam, majas simile dan metafora sering digunakan secara halus. Sedangkan dalam puisi modern, Chairil Anwar, Rendra, hingga penyair kontemporer seperti Joko Pinurbo kerap mengeksplorasi majas sebagai perangkat estetika dan ideologis.
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
(Chairil Anwar, Aku)
Baris ini tak hanya hiperbola, tapi juga metafora identitas. Ia menyamakan dirinya dengan "binatang jalang", sebagai simbol pemberontakan terhadap norma sosial dan budaya kolonial kala itu.
Atau dalam puisi Joko Pinurbo:
Celana dalam menggantung di tali jemuran
seperti bendera setengah tiang
karena kemerdekaan tak kunjung datang
Di sini kita temukan alegori dan metafora yang satir: pakaian dalam disandingkan dengan simbol kemerdekaan yang gagal diraih. Imaji yang sederhana tapi menghentak.
Mengapa Majas Penting?
Penggunaan majas menjadikan puisi tidak hanya sekadar informasi, tetapi pengalaman. Majas menciptakan ruang bagi interpretasi pembaca, menggugah perasaan, dan memperkuat ingatan akan pesan yang ingin disampaikan.
Dalam pembelajaran sastra, mengenali dan memahami jenis-jenis majas merupakan langkah awal untuk menikmati puisi secara lebih utuh. Pelajar tak hanya membaca puisi sebagai teks, tetapi juga menangkap napas penyair di balik kata-katanya.
***
Dunia puisi adalah dunia simbol, imaji, dan perasaan yang disusun dalam bahasa yang padat dan indah. Majas adalah alat utama yang digunakan penyair untuk membuka pintu-pintu imajinasi dan rasa. Dengan memahami metafora, personifikasi, simile, dan jenis majas lainnya, kita tidak hanya menjadi pembaca yang lebih peka, tapi juga lebih mampu mengapresiasi karya sastra sebagai ekspresi jiwa manusia.
Jadi, jika kelak kau membaca puisi dan menemukan bahwa "bulan sedang bersedih", jangan buru-buru mengoreksi secara logika. Dengarkan dulu suaranya. Bisa jadi, itu adalah suara hatimu juga.
Posting Komentar untuk "Majas yang Sering Dipakai dalam Puisi, Beserta Contohnya"
Posting Komentar